1. SUHU
Suhu merupakan faktor fisika yang penting di semua sektor kehidupan di dunia. Kenaikan suhu mempercepat reaksi-reaksi kimiawi. Menurut hukum van’t Hoff kenaikan suhu 10°C melipatduakan kecepatan reaksi, walaupun hukum ini tidak selalu berlaku. Misalnya saja proses metabolisme akan naik sampai puncaknya dengan kenaikan suhu tetapi kemudian menurun lagi. Setiap perubahan suhu cenderung untuk mempengaruhi banyak proses kimiawi yang terjadi secara bersamaan pada jaringan tanaman dan binatang, karenanya juga mempengaruhi biota secara keseluruhan. Suhu menurun secara teratur sesuai dengan kedalaman. Semakin dalam suhu akan semakin rendah atau dingin. Hal ini diakibatkan karena kurangnya intensitas matahari yang masuk kedalam perairan. Pada kedalaman melebihi 1000 meter suhu air relatif konstan dan berkisar antara 2 – 4 °C (Hutagalung,1988).
Sebaran suhu secara menegak ( vertikal) diperairan terbagi atas tiga lapisan, yakni lapisan hangat di bagian teratas atau lapisan epilimnion dimana pada lapisan ini gradien suhu berubah secara perlahan, lapisan termoklin yaitu lapisan dimana gradien suhu berubah secara cepat sesuai dengan pertambahan kedalaman, lapisan dingin di bawah lapisan termoklin yang disebut juga lapisan hipolimnion dimana suhu air laut konstan sebesar 4ºC. Pada lapisan termoklin memiliki ciri gradien suhu yaitu perubahan suhu terhadap kedalaman sebesar 0,1ºC untuk setiap pertambahan kedalaman satu meter (Nontji,1987).
Di perairan tropis perbedaan/variasi suhu air laut sepanjang tahun tidak besar. Suhu di lautan kemungkinan berkisar antara -1.87°C (titik beku air laut) di daerah kutub sampai maksimum sekitar 42°C di daerah perairan dangkal (Hutabarat dan Evans, 1986). Suhu permukaan laut Nusantara berkisar antara 27° dan 32°C. Kisaran suhu ini adalah normal untuk kehidupan biota laut di perairan Indonesia. Suhu alami tertinggi di perairan tropis berada dekat ambang batas penyebab kematian biota laut. Oleh karena itu peningkatan suhu yang kecil saja dari alami dapat menimbulkan kematian atau paling tidak gangguan fisiologis biota laut. Kisaran suhu pada daerah tropis relatif stabil karena cahaya matahari lebih banyak mengenai daerah ekuator daripada daerah kutub. Hal ini dikarenakan cahaya matahari yang merambat melalui atmosfer banyak kehilangan panas sebelum cahaya tersebut mencapai kutub.
GESAMP (1984) menyatakan bahwa kisaran suhu di daerah tropis sedemikian rupa sehingga banyak organisme hidup dekat dengan batas suhu tertinggi. Telaah tentang pengaruh suhu pada biota tropis menunjukkan bahwa suhu sekitar 35° adalah kritis atau mematikan. Suhu kritis tertinggi adalah 40,5°C yang menyebabkan kematian mendadak bintang mengular (Ophiuroid) di Florida. Suhu mengalami perubahan secara perlahan-lahan dari daerah pantai menuju laut lepas. Umumnya suhu di pantai lebih tinggi dari daerah laut karena daratan lebih mudah menyerap panas matahari sedangkan laut tidak mudah mengubah suhu bila suhu lingkungan tidak berubah. Di daerah lepas pantai suhunya rendah dan stabil. Lapisan permukaan hingga kedalaman 200 meter cenderung hangat, hal ini dikarenakan sinar matahari yang banyak diserap oleh permukaan. Sedangkan pada kedalaman 200-1000 meter suhu turun secara mendadak yang membentuk sebuah kurva dengan lereng yang tajam.
Pada kedalaman melebihi 1000 meter suhu air laut relatif konstan dan biasanya berkisar antara 2-40C (Sahala Hutabarat, 1986). Suhu air laut terutama lapisan permukaan ditentukan oleh pemanasan matahari yang intensitasnya selalu berubah terhadap waktu, sehingga suhu air laut akan konsonan dengan perubahan intensitas penyinaran matahari tersebut. Perubahan suhu ini dapat terjadi secara harian, musiman, tahunan dan jangka penjang (puluhan tahun). Suhu merupakan parameter yang penting dalam sirkulasi untuk mempelajari asal usul masa air dan dapat digunakan untuk menentukan densitas air laut. Faktor yang memengaruhi suhu permukaan laut adalah letak ketinggian dari permukaan laut (Altituted), intensitas cahaya matahari yang diterima, musim, cuaca, kedalaman air, sirkulasi udara, dan penutupan awan (Hutabarat dan Evans, 1986).
Parameter yang mempengaruhi adalah keadaan lingkungan (muara sungai atau gurun pasir), musim serta interaksi antara laut dengan daratan atau gunung es. Suhu air mempunyai pengaruh yang besarterhadap proses pertukaran zat (metabolisme) dari makhluk hidup, terutama organisme perairan. Suatu contoh komposisi plankton di daerah beriklim sedang lebih banyak dibandingkan dengan daerah yang beriklim panas. Di daerah beriklim panas, proses pembongkaran berlangsung lebih cepat, sehingga tidak ada kesempatan untuk plankton berkembang dan mencapai jumlah yang besar seperti di daerah beriklim sedang (suhu relatif rendah). Oleh karena pengaruhnya yang begitu besar terhadap kehidupan biota di lautan, maka faktor suhu di perairan merupakan hal yang wajib dikaji dan diperhatikan dalam ilmu kelautan dan perikanan.
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas. Suhu dapat mempengaruhi fotosintesa di laut baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung yakni suhu berperan untuk mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesa. Tinggi suhu dapat menaikkan laju maksimum fotosintesa (Pmax), sedangkan pengaruh secara tidak langsung yakni dalam merubah struktur hidrologi kolom perairan yang dapat mempengaruhi distribusi fitoplankton (Tomascik et al., 1997 b).
Secara umum, laju fotosintesa fitoplankton meningkat dengan meningkatnya suhu perairan, tetapi akan menurun secara drastis setelah mencapai suatu titik suhu tertentu. Hal ini disebabkan karena setiap spesies fitoplankton selalu berdaptasi terhadap suatu kisaran suhu tertentu. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu dinamakan termometer.
2. DERAJAT KEASAMAN ( Ph)
pH merupakan suatu ekpresi dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam air. Besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H. Sebagai contoh, kalau ada pernyataan pH 6, itu artinya konsentrasi H dalam air tersebut adalah 0.000001 bagian dari total larutan. Karena untuk menuliskan 0.000001 (bayangkan kalau pH 14) terlalu panjang maka orang melogaritmakan angka tersebut sehingga manjadi -6. Tetapi karena ada tanda - (negatif) dibelakang angka tersebut, yang dinilai kurang praktis, maka orang mengalikannya lagi dengan tanda - (minus) sehingga diperoleh angka positif 6. Oleh karena itu, pH diartikan sebagai "-(minus) logaritma dari konsenstrasi ion H".
pH = - log (H+)
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa selisih satu satuan angka pH itu artinya perbedaan kosentrasinya adalah 10 kali lipat. Dengan demikian, apabila selisih angkanya adalah 2 maka perbedaan konsentrasinya adalah 10x10 = 100 kali lipat. Sebagai contoh pH 5 menunjukkan konsentrasi H sebanyak 0.00001 atau 1/100000 (seperseratus ribu) sedangkan pH 6 = 0.000001 atau 1/1000000 (sepersejuta). Dengan demikian kalau kita menurunkan pH dari 6 ke 5 artinya kita meningkatkan kepekatan iob H+ sebanyak 10 kali lipat. Kalau kita misalkan pH itu gula, maka dengan menurunkan pH dari 6 ke 5, sama artinya bahwa larutan tersebut sekarang 10 kali lebih manis dari pada sebelumnya. Tidak semua mahluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk itu alam telah menyediakan mekanisma yang unik agar perubahan tidak tidak terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan. sistem pertahanan ini dikenal sebagai kapasitas pem-buffer-an.
pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. Selain itu ikan dan mahluk-mahluk akuatik lainnya hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan mereka. Besaran pH berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis). Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa (alkalin). Sedangkan pH = 7 disebut sebagai netral. Fluktuasi pH air sangat di tentukan oleh alkalinitas air tersebut. Apabila alkalinitasnya tinggi maka air tersebut akan mudah mengembalikan pH-nya ke nilai semula, dari setiap "gangguan" terhadap pengubahan pH. Dengan demikian kunci dari penurunan pH terletak pada penanganan alkalinitas dan tingkat kesadahan air. Apabila hal ini telah dikuasai maka penurunan pH akan lebih mudah dilakukan.
Faktor Yang Mempengaruhi pH Perairan
Tingkat pH perairan bisa tinggi atau pun rendah dipengaruhi oleh kandungan senyawa dalam air tersebut :
Karbon dioksida (CO2)
Reaktan penting pada fotosintesis tumbuhan hijau (fitoplankton)
Produk terbesar dari respirasi makhluk hidup
Menyebabkan reaksi asam dalam air yang menghasilkan ion hidrogen dan bicarbonat
CO2 + OH-
Pada fotosintesis, karbon dalam karbon dioksida diubah menjadi karbon organik dalam bentuk gula sederhana dan melepaskan molekul O2
Sedangkan pada respirasi , gula (karbon organik) dioksidasi menjadi CO2 dan H2O
Pada malam hari respirasi terus berlangsung sedangkan fotosintesis berhenti sehingga konsentrasi CO2 naik. Akibatnya pH siang hari naik mencapai dan turun pada malam hari.
CO2 yang terdifusi ke dalam air sangat sedikit, karena kosentrasi di atmosfer sangat kecil, meskipun demikian kelarutan CO2 dalam air cukup tinggi.
Bicarbonat dan Alkalinitas
Bicarbonat merupakansumber utama alkalinitas di perairan,selain OH- dan CO3=
Air dengan alkalinitas tinggi mempunyai fluktuasi pH harian lebih kecil (sbg buffer).
Fitoplankton
Memanfaatkan CO2 untuk fotosintesis
Fotosintesis fitoplankton menurunkan kandungan asam dalam air, sehingga meningkatkan nilai pH.
Penggunaan CO2 pada proses fotosintesis akan menurunkan kosentrasi bikarbonat (HCO3-) dan menaikkan konsentrasi CO3= sampai timbul endapan CaCO3
Konsentrasi CO2 yang tinggi akan menyebabkan CaCO3 larut dan membentuk HCO3-
Hal ini yang menjadi dasar dalam treatmen / perlakuan kapur untuk meningkatkan alkalinitas perlu adanya gas CO2
Penanganan pH
Seperti disebutkan sebelumnya, pengananan atau pengubahan nilai pH akan lebih efektif apabila alkalinitas ditanganai terlebih dahulu. Berikut adalah beberapa cara pangananan pH, yang kalau diperhatikan lebih jauh, cenderung mengarah pada penanganan kesadahan atau alkalinitas.
Penurunan pH
Untuk menurunkan pH, pertama kali harus dilakukan pengukuran KH. Apabila nilai KH terlalu tinggi (12 atau lebih) maka KH tersebut perlu diturunkan terleibh dahulu, yang biasanya secara otomatis akan diikuti oleh menurunnya nilai pH. Apabila nilia pH terlalu tinggi (lebih dari 8) sedangkan KH tergolong bagus ( antara 6 -12)maka hal ini merupakan petunjuk terjadinya proses keseimbangan yang buruk.
Penurunan pH dapat dilakukan dengan melalukan air melewati gambut (peat), biasanya yang digunakan adalah peat moss (gambut yang berasal dari moss). bisa juga dilakukan dengan mengganti sebagaian air dengan air yang berkesadahan rendah, air hujan atau air yang direbus, air bebas ion, atau air suling (air destilata).
Selain itu bisa juga dapat dilakukan dengan menambahkan bogwood kedalam akuairum. Bogwood adalah semacam kayu yang dapat memliki kemampuan menjerap kesadahan. Sama fungsinya seperti daun ketapang, kayu pohon asam dan sejenisnya.
Peningkatan pH
Menaikkan pH dapat dilakukan dengan memberikan aerasi yang intensif, melewatkan air melewati pecahan koral, pecahan kulit kerang atau potongan batu kapur. Atau dengan menambahkan dekorasi berbahan dasar kapur seperti tufa, atau pasir koral. Atau dengan melakukan penggantian air.
2.3Kelembapan
Kelembaban tanah merupakan faktor penting untuk kehidupan dan sangat menarik untuk dikaji. Fungsi utama dari kelembaban tanah adalah mengontrol pembagian air hujan yang turun ke bumi menjadi run off ataupun infiltrasi. Kelembaban tanah sangat penting untuk studi potensi air dan studi neraca air. Pada penelitian ini digunakan dua data yaitu : data citra satelit aster untuk daerah cekungan bandung pada tanggal 12 juni 2003 dan data pengukuran lapangan kelembaban tanah. Data tersebut digunakan untuk mengkaji korelasi antara kelembaban tanah dengan tata guna lahan. Dalam penelitian ini penghitungan kelembaban tanah di dekati dari dua masukan yaitu : data Natural Difference Vegetation Index (NDVI) yaitu data sebaran vegetasi di permukaan bumi dan data Natural Difference Temperatur Index (NDTI) yaitu data sebaran temperatur permukaan. Dari hasil uji hipotesis non parametrik spearman rank antara kelembaban tanah dan nilai piksel tata guna lahan terlihat bahwa nilai korelasi antara 3 jenis tata guna lahan, yaitu : hutan dengan rho hitung -0.6, perkebunan dengan rho hitung 0.057 dan pemukiman dengan rho hitung -0.30 tidak memiliki korelasi dikarenakan tidak memenuhi nilai batas rho tabel. Namun untuk tata guna ladang dengan nilai rho hitung -0.718 memenuhi syarat batas dari nilai rho tabel untuk taraf signif 5% yaitu sebesar 0.648, makadari pada itu tata guna lahan ladang memiliki korelasi yang baik dengan nilai kelembaban tanah.Hal ini dikarenakan data lapangan yang ada tersebar pada tata guna lahan ladang, maka dari pada itu ada korelasi antara tata guna lahan ladang dengan kelembaban tanah.
4. Kecerahan
Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang jauh ke dalam perairan. Begitu juga sebaliknya. Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air yang dinyatakan dalam % dari beberapa panjang gelombang di daerah spektrum yang terlihat cahaya melalui lapisan 1 meter jauh agak lurus pada permukaan air. Apabila kecerahan tidak baik, berarti perairan itu keruh. Kekeruhan ( turbidity ) air sangat berpengaruh terhadap ikan. Kekeruhan terjadi karena plankton, humus dan suspensi lumpur, tau bisa juga diakibatkan oleh suspensi hidroksida besi. Kekeruhan perairan dapat menghambat pertumbuhan ikan budidaya baik langsung maupun tidak langsung.
Kecerahan air laut ditentukan oleh kekeruhan air laut itu sendiri dari kandungan sedimen yang dibawa oleh aliran sungai. Pada laut yang keruh, radiasi sinar matahari yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis tumbuhan akan kurang dibandingkan dengan air laut jernih.
Ada beberapa warna-warna air karena beberapa sebab:
a) Pada umumnya lautan berwarna biru, hal ini disebabkan oleh sinar matahari yang bergelombang pendek (sinar biru) dipantulkan lebih banyak dari pada sinar lain.
b) Warna kuning, karena di dasarnya terdapat lumpur kuning, misalnya sungai kuning di Cina.
c) Warna hijau, karena adanya lumpur yang diendapkan dekat pantai yang memantulkan warna hijau dan juga karena adanya planton-planton dalam jumlah besar.
d) Warna putih, karena permukaannya selalu tertutup es seperti di laut kutub utara dan selatan.
e) Warna ungu, karena adanya organisme kecil yang mengeluarkan sinar-sinar fosfor seperti di laut ambon.
f) Warna hitam, karena di dasarnya terdapat lumpur hitam seperti di laut hitam
g) Warna merah, karena banyaknya binatang-binatang kecil berwarna merah yang terapung-apung.
Alat yang biasa digunakan untuk mengukur tingkat kecerahan air adalah seichi disk, yaitu berupa piringan yang diberi warna hitam putih dan dihubungkan dengan tongkat/tali pegangan yang mempunyai garis-garis skala. Cara penggunaan alat ini adalah dengan mencelupkannya ke dalam perairan secara perlahan sampai pada kedalam dimana seichi disk mulai tidak kelihatan, kemudian tingkat kecerahan air dapat terbaca pada skala yang telah ada. Pengukuran kecerahan air sebaiknya dilakukan pada saat siang hari dan cuaca relatif cerah. Pada perairan kecerahan air erat hubungannya dan berbanding terbalik dengan kelimpahan plankton terutama jenis phytoplankton yang berada di dalam perairan tersebut, atau dengan kata lain semakin tinggi tingkat kecerahan air maka kelimpahan phytoplankton akan semakin rendah dan sebaliknya semakin rendah tingkat kecerahan air maka kelimpahan phytoplankton di perairan tersebut semakin tinggi.
Phytoplankton merupakan jenis tanaman berukuran renik yang mempunyai zat hijau daun (chlorophyl) dan selalu melakukan fotosintesa dengan bantuan sinar matahari. Produktivitas plankton akan meningkat dengan semakin meningkatnya intensitas matahari ke dalam perairan, sehingga kelimpahan plankton akan semakin meningkat pula dan akan mengurangi tingkat penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan. Berdasarkan uraian tersebut maka kecerahan air merupakan suatu variable dari kelimpahan plankton dan tingkat intensitas matahari.
5. Oksigen Terlarut ( DO )
Kadar oksigen terlarut (dissolved oxygen, DO) dapat dijadikan ukuran untuk menentukan mutu air. Kehidupan di air dapat bertahan jika ada oksigen terlarut minimum sebanyak 5 mg oksigen setiap liter air (5 ppm). Selebihnya bergantung kepada ketahanan organisme, derajat aktivitasnya, kehadiran pencemar, suhu air dan sebagainya. Oksigen terlarut merupakan faktor pembatas bagi kehidupan organisme. Perubahan konsentrasi oksigen terlaurut dapat menimbulkan efek langsung yang berakibat pada kematian organisme perairan. Sedangkan pengaruh yang tidak langsung adalah meningkatkan toksisitas bahan pencemar yang pada akhirnya dapat membahayakan organisme itu sendiri. Hal ini disebabkan karena oksigen terlarut digunakan untuk proses metabolisme dalam tubuh dan berkembang biak (Romimuhtarto, 1991).
Selanjutnya Goldman dan Horne (1983), menyatakan bahwa oksigen terlarut dalam ekosistem perairan sangat penting untuk mendukung eksistensi norganisme dan proses-proses yang terjadi didalamnya. Hal ini terlihat dari peranan oksigen selain digunakan untuk aktifitas respirasi organisme air juga organism dekomposer dalam proses dekomposisi bahan organik dalam perairan. Respirasi di perairan memerlukan oksigen dari dalam air dan menghilangkan limbah karbon dioksida. Insang adalah tempat pertukaran gas terjadi pada sebagian besar jenis ikan, meskipun ada juga beberapa jenis ikan yang bernafas melalui kulit. Biasanya laju konsumsi oksigen dapat digunakan untuk mengukur intensitas metabolismenya. Laju ini dipengaruhi oleh ukuran ikan dan karakteristik air seperti suhu dan kandungan CO2 (Reddy, 1993).
Oksigen dapat merupakan faktor pembatas dalam penentuan kehadiran makhluk hidup di dalam air. Penentuan oksigen terlarut harus dilakukan berkali kali di berbagai lokasi dengan tingkat kedalaman yang berbeda pada waktu yang tidak sama (Sastrawijaya, 2000). Oksigen terlarut merupakan parameter penting bagi sistem kimia air laut maupun proses biologi perairan laut. Hal ini karena oksigen diperlukan dalam proses mineralisasi/dekomposisi bakteri dalam menguraikan bahan organik. Penurunan oksigen terlarut juga akan mempengaruhi kehidupan organisme melalui proses respirasi, dan reaksi oksidasi reduksi terhadap senyawa-senyawa kimia dalam air.
Suhu merupakan faktor fisika yang penting di semua sektor kehidupan di dunia. Kenaikan suhu mempercepat reaksi-reaksi kimiawi. Menurut hukum van’t Hoff kenaikan suhu 10°C melipatduakan kecepatan reaksi, walaupun hukum ini tidak selalu berlaku. Misalnya saja proses metabolisme akan naik sampai puncaknya dengan kenaikan suhu tetapi kemudian menurun lagi. Setiap perubahan suhu cenderung untuk mempengaruhi banyak proses kimiawi yang terjadi secara bersamaan pada jaringan tanaman dan binatang, karenanya juga mempengaruhi biota secara keseluruhan. Suhu menurun secara teratur sesuai dengan kedalaman. Semakin dalam suhu akan semakin rendah atau dingin. Hal ini diakibatkan karena kurangnya intensitas matahari yang masuk kedalam perairan. Pada kedalaman melebihi 1000 meter suhu air relatif konstan dan berkisar antara 2 – 4 °C (Hutagalung,1988).
Sebaran suhu secara menegak ( vertikal) diperairan terbagi atas tiga lapisan, yakni lapisan hangat di bagian teratas atau lapisan epilimnion dimana pada lapisan ini gradien suhu berubah secara perlahan, lapisan termoklin yaitu lapisan dimana gradien suhu berubah secara cepat sesuai dengan pertambahan kedalaman, lapisan dingin di bawah lapisan termoklin yang disebut juga lapisan hipolimnion dimana suhu air laut konstan sebesar 4ºC. Pada lapisan termoklin memiliki ciri gradien suhu yaitu perubahan suhu terhadap kedalaman sebesar 0,1ºC untuk setiap pertambahan kedalaman satu meter (Nontji,1987).
Di perairan tropis perbedaan/variasi suhu air laut sepanjang tahun tidak besar. Suhu di lautan kemungkinan berkisar antara -1.87°C (titik beku air laut) di daerah kutub sampai maksimum sekitar 42°C di daerah perairan dangkal (Hutabarat dan Evans, 1986). Suhu permukaan laut Nusantara berkisar antara 27° dan 32°C. Kisaran suhu ini adalah normal untuk kehidupan biota laut di perairan Indonesia. Suhu alami tertinggi di perairan tropis berada dekat ambang batas penyebab kematian biota laut. Oleh karena itu peningkatan suhu yang kecil saja dari alami dapat menimbulkan kematian atau paling tidak gangguan fisiologis biota laut. Kisaran suhu pada daerah tropis relatif stabil karena cahaya matahari lebih banyak mengenai daerah ekuator daripada daerah kutub. Hal ini dikarenakan cahaya matahari yang merambat melalui atmosfer banyak kehilangan panas sebelum cahaya tersebut mencapai kutub.
GESAMP (1984) menyatakan bahwa kisaran suhu di daerah tropis sedemikian rupa sehingga banyak organisme hidup dekat dengan batas suhu tertinggi. Telaah tentang pengaruh suhu pada biota tropis menunjukkan bahwa suhu sekitar 35° adalah kritis atau mematikan. Suhu kritis tertinggi adalah 40,5°C yang menyebabkan kematian mendadak bintang mengular (Ophiuroid) di Florida. Suhu mengalami perubahan secara perlahan-lahan dari daerah pantai menuju laut lepas. Umumnya suhu di pantai lebih tinggi dari daerah laut karena daratan lebih mudah menyerap panas matahari sedangkan laut tidak mudah mengubah suhu bila suhu lingkungan tidak berubah. Di daerah lepas pantai suhunya rendah dan stabil. Lapisan permukaan hingga kedalaman 200 meter cenderung hangat, hal ini dikarenakan sinar matahari yang banyak diserap oleh permukaan. Sedangkan pada kedalaman 200-1000 meter suhu turun secara mendadak yang membentuk sebuah kurva dengan lereng yang tajam.
Pada kedalaman melebihi 1000 meter suhu air laut relatif konstan dan biasanya berkisar antara 2-40C (Sahala Hutabarat, 1986). Suhu air laut terutama lapisan permukaan ditentukan oleh pemanasan matahari yang intensitasnya selalu berubah terhadap waktu, sehingga suhu air laut akan konsonan dengan perubahan intensitas penyinaran matahari tersebut. Perubahan suhu ini dapat terjadi secara harian, musiman, tahunan dan jangka penjang (puluhan tahun). Suhu merupakan parameter yang penting dalam sirkulasi untuk mempelajari asal usul masa air dan dapat digunakan untuk menentukan densitas air laut. Faktor yang memengaruhi suhu permukaan laut adalah letak ketinggian dari permukaan laut (Altituted), intensitas cahaya matahari yang diterima, musim, cuaca, kedalaman air, sirkulasi udara, dan penutupan awan (Hutabarat dan Evans, 1986).
Parameter yang mempengaruhi adalah keadaan lingkungan (muara sungai atau gurun pasir), musim serta interaksi antara laut dengan daratan atau gunung es. Suhu air mempunyai pengaruh yang besarterhadap proses pertukaran zat (metabolisme) dari makhluk hidup, terutama organisme perairan. Suatu contoh komposisi plankton di daerah beriklim sedang lebih banyak dibandingkan dengan daerah yang beriklim panas. Di daerah beriklim panas, proses pembongkaran berlangsung lebih cepat, sehingga tidak ada kesempatan untuk plankton berkembang dan mencapai jumlah yang besar seperti di daerah beriklim sedang (suhu relatif rendah). Oleh karena pengaruhnya yang begitu besar terhadap kehidupan biota di lautan, maka faktor suhu di perairan merupakan hal yang wajib dikaji dan diperhatikan dalam ilmu kelautan dan perikanan.
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas. Suhu dapat mempengaruhi fotosintesa di laut baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung yakni suhu berperan untuk mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesa. Tinggi suhu dapat menaikkan laju maksimum fotosintesa (Pmax), sedangkan pengaruh secara tidak langsung yakni dalam merubah struktur hidrologi kolom perairan yang dapat mempengaruhi distribusi fitoplankton (Tomascik et al., 1997 b).
Secara umum, laju fotosintesa fitoplankton meningkat dengan meningkatnya suhu perairan, tetapi akan menurun secara drastis setelah mencapai suatu titik suhu tertentu. Hal ini disebabkan karena setiap spesies fitoplankton selalu berdaptasi terhadap suatu kisaran suhu tertentu. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu dinamakan termometer.
2. DERAJAT KEASAMAN ( Ph)
pH merupakan suatu ekpresi dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam air. Besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H. Sebagai contoh, kalau ada pernyataan pH 6, itu artinya konsentrasi H dalam air tersebut adalah 0.000001 bagian dari total larutan. Karena untuk menuliskan 0.000001 (bayangkan kalau pH 14) terlalu panjang maka orang melogaritmakan angka tersebut sehingga manjadi -6. Tetapi karena ada tanda - (negatif) dibelakang angka tersebut, yang dinilai kurang praktis, maka orang mengalikannya lagi dengan tanda - (minus) sehingga diperoleh angka positif 6. Oleh karena itu, pH diartikan sebagai "-(minus) logaritma dari konsenstrasi ion H".
pH = - log (H+)
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa selisih satu satuan angka pH itu artinya perbedaan kosentrasinya adalah 10 kali lipat. Dengan demikian, apabila selisih angkanya adalah 2 maka perbedaan konsentrasinya adalah 10x10 = 100 kali lipat. Sebagai contoh pH 5 menunjukkan konsentrasi H sebanyak 0.00001 atau 1/100000 (seperseratus ribu) sedangkan pH 6 = 0.000001 atau 1/1000000 (sepersejuta). Dengan demikian kalau kita menurunkan pH dari 6 ke 5 artinya kita meningkatkan kepekatan iob H+ sebanyak 10 kali lipat. Kalau kita misalkan pH itu gula, maka dengan menurunkan pH dari 6 ke 5, sama artinya bahwa larutan tersebut sekarang 10 kali lebih manis dari pada sebelumnya. Tidak semua mahluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk itu alam telah menyediakan mekanisma yang unik agar perubahan tidak tidak terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan. sistem pertahanan ini dikenal sebagai kapasitas pem-buffer-an.
pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. Selain itu ikan dan mahluk-mahluk akuatik lainnya hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan mereka. Besaran pH berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis). Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa (alkalin). Sedangkan pH = 7 disebut sebagai netral. Fluktuasi pH air sangat di tentukan oleh alkalinitas air tersebut. Apabila alkalinitasnya tinggi maka air tersebut akan mudah mengembalikan pH-nya ke nilai semula, dari setiap "gangguan" terhadap pengubahan pH. Dengan demikian kunci dari penurunan pH terletak pada penanganan alkalinitas dan tingkat kesadahan air. Apabila hal ini telah dikuasai maka penurunan pH akan lebih mudah dilakukan.
Faktor Yang Mempengaruhi pH Perairan
Tingkat pH perairan bisa tinggi atau pun rendah dipengaruhi oleh kandungan senyawa dalam air tersebut :
Karbon dioksida (CO2)
Reaktan penting pada fotosintesis tumbuhan hijau (fitoplankton)
Produk terbesar dari respirasi makhluk hidup
Menyebabkan reaksi asam dalam air yang menghasilkan ion hidrogen dan bicarbonat
CO2 + OH-
Pada fotosintesis, karbon dalam karbon dioksida diubah menjadi karbon organik dalam bentuk gula sederhana dan melepaskan molekul O2
Sedangkan pada respirasi , gula (karbon organik) dioksidasi menjadi CO2 dan H2O
Pada malam hari respirasi terus berlangsung sedangkan fotosintesis berhenti sehingga konsentrasi CO2 naik. Akibatnya pH siang hari naik mencapai dan turun pada malam hari.
CO2 yang terdifusi ke dalam air sangat sedikit, karena kosentrasi di atmosfer sangat kecil, meskipun demikian kelarutan CO2 dalam air cukup tinggi.
Bicarbonat dan Alkalinitas
Bicarbonat merupakansumber utama alkalinitas di perairan,selain OH- dan CO3=
Air dengan alkalinitas tinggi mempunyai fluktuasi pH harian lebih kecil (sbg buffer).
Fitoplankton
Memanfaatkan CO2 untuk fotosintesis
Fotosintesis fitoplankton menurunkan kandungan asam dalam air, sehingga meningkatkan nilai pH.
Penggunaan CO2 pada proses fotosintesis akan menurunkan kosentrasi bikarbonat (HCO3-) dan menaikkan konsentrasi CO3= sampai timbul endapan CaCO3
Konsentrasi CO2 yang tinggi akan menyebabkan CaCO3 larut dan membentuk HCO3-
Hal ini yang menjadi dasar dalam treatmen / perlakuan kapur untuk meningkatkan alkalinitas perlu adanya gas CO2
Penanganan pH
Seperti disebutkan sebelumnya, pengananan atau pengubahan nilai pH akan lebih efektif apabila alkalinitas ditanganai terlebih dahulu. Berikut adalah beberapa cara pangananan pH, yang kalau diperhatikan lebih jauh, cenderung mengarah pada penanganan kesadahan atau alkalinitas.
Penurunan pH
Untuk menurunkan pH, pertama kali harus dilakukan pengukuran KH. Apabila nilai KH terlalu tinggi (12 atau lebih) maka KH tersebut perlu diturunkan terleibh dahulu, yang biasanya secara otomatis akan diikuti oleh menurunnya nilai pH. Apabila nilia pH terlalu tinggi (lebih dari 8) sedangkan KH tergolong bagus ( antara 6 -12)maka hal ini merupakan petunjuk terjadinya proses keseimbangan yang buruk.
Penurunan pH dapat dilakukan dengan melalukan air melewati gambut (peat), biasanya yang digunakan adalah peat moss (gambut yang berasal dari moss). bisa juga dilakukan dengan mengganti sebagaian air dengan air yang berkesadahan rendah, air hujan atau air yang direbus, air bebas ion, atau air suling (air destilata).
Selain itu bisa juga dapat dilakukan dengan menambahkan bogwood kedalam akuairum. Bogwood adalah semacam kayu yang dapat memliki kemampuan menjerap kesadahan. Sama fungsinya seperti daun ketapang, kayu pohon asam dan sejenisnya.
Peningkatan pH
Menaikkan pH dapat dilakukan dengan memberikan aerasi yang intensif, melewatkan air melewati pecahan koral, pecahan kulit kerang atau potongan batu kapur. Atau dengan menambahkan dekorasi berbahan dasar kapur seperti tufa, atau pasir koral. Atau dengan melakukan penggantian air.
2.3Kelembapan
Kelembaban tanah merupakan faktor penting untuk kehidupan dan sangat menarik untuk dikaji. Fungsi utama dari kelembaban tanah adalah mengontrol pembagian air hujan yang turun ke bumi menjadi run off ataupun infiltrasi. Kelembaban tanah sangat penting untuk studi potensi air dan studi neraca air. Pada penelitian ini digunakan dua data yaitu : data citra satelit aster untuk daerah cekungan bandung pada tanggal 12 juni 2003 dan data pengukuran lapangan kelembaban tanah. Data tersebut digunakan untuk mengkaji korelasi antara kelembaban tanah dengan tata guna lahan. Dalam penelitian ini penghitungan kelembaban tanah di dekati dari dua masukan yaitu : data Natural Difference Vegetation Index (NDVI) yaitu data sebaran vegetasi di permukaan bumi dan data Natural Difference Temperatur Index (NDTI) yaitu data sebaran temperatur permukaan. Dari hasil uji hipotesis non parametrik spearman rank antara kelembaban tanah dan nilai piksel tata guna lahan terlihat bahwa nilai korelasi antara 3 jenis tata guna lahan, yaitu : hutan dengan rho hitung -0.6, perkebunan dengan rho hitung 0.057 dan pemukiman dengan rho hitung -0.30 tidak memiliki korelasi dikarenakan tidak memenuhi nilai batas rho tabel. Namun untuk tata guna ladang dengan nilai rho hitung -0.718 memenuhi syarat batas dari nilai rho tabel untuk taraf signif 5% yaitu sebesar 0.648, makadari pada itu tata guna lahan ladang memiliki korelasi yang baik dengan nilai kelembaban tanah.Hal ini dikarenakan data lapangan yang ada tersebar pada tata guna lahan ladang, maka dari pada itu ada korelasi antara tata guna lahan ladang dengan kelembaban tanah.
4. Kecerahan
Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang jauh ke dalam perairan. Begitu juga sebaliknya. Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air yang dinyatakan dalam % dari beberapa panjang gelombang di daerah spektrum yang terlihat cahaya melalui lapisan 1 meter jauh agak lurus pada permukaan air. Apabila kecerahan tidak baik, berarti perairan itu keruh. Kekeruhan ( turbidity ) air sangat berpengaruh terhadap ikan. Kekeruhan terjadi karena plankton, humus dan suspensi lumpur, tau bisa juga diakibatkan oleh suspensi hidroksida besi. Kekeruhan perairan dapat menghambat pertumbuhan ikan budidaya baik langsung maupun tidak langsung.
Kecerahan air laut ditentukan oleh kekeruhan air laut itu sendiri dari kandungan sedimen yang dibawa oleh aliran sungai. Pada laut yang keruh, radiasi sinar matahari yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis tumbuhan akan kurang dibandingkan dengan air laut jernih.
Ada beberapa warna-warna air karena beberapa sebab:
a) Pada umumnya lautan berwarna biru, hal ini disebabkan oleh sinar matahari yang bergelombang pendek (sinar biru) dipantulkan lebih banyak dari pada sinar lain.
b) Warna kuning, karena di dasarnya terdapat lumpur kuning, misalnya sungai kuning di Cina.
c) Warna hijau, karena adanya lumpur yang diendapkan dekat pantai yang memantulkan warna hijau dan juga karena adanya planton-planton dalam jumlah besar.
d) Warna putih, karena permukaannya selalu tertutup es seperti di laut kutub utara dan selatan.
e) Warna ungu, karena adanya organisme kecil yang mengeluarkan sinar-sinar fosfor seperti di laut ambon.
f) Warna hitam, karena di dasarnya terdapat lumpur hitam seperti di laut hitam
g) Warna merah, karena banyaknya binatang-binatang kecil berwarna merah yang terapung-apung.
Alat yang biasa digunakan untuk mengukur tingkat kecerahan air adalah seichi disk, yaitu berupa piringan yang diberi warna hitam putih dan dihubungkan dengan tongkat/tali pegangan yang mempunyai garis-garis skala. Cara penggunaan alat ini adalah dengan mencelupkannya ke dalam perairan secara perlahan sampai pada kedalam dimana seichi disk mulai tidak kelihatan, kemudian tingkat kecerahan air dapat terbaca pada skala yang telah ada. Pengukuran kecerahan air sebaiknya dilakukan pada saat siang hari dan cuaca relatif cerah. Pada perairan kecerahan air erat hubungannya dan berbanding terbalik dengan kelimpahan plankton terutama jenis phytoplankton yang berada di dalam perairan tersebut, atau dengan kata lain semakin tinggi tingkat kecerahan air maka kelimpahan phytoplankton akan semakin rendah dan sebaliknya semakin rendah tingkat kecerahan air maka kelimpahan phytoplankton di perairan tersebut semakin tinggi.
Phytoplankton merupakan jenis tanaman berukuran renik yang mempunyai zat hijau daun (chlorophyl) dan selalu melakukan fotosintesa dengan bantuan sinar matahari. Produktivitas plankton akan meningkat dengan semakin meningkatnya intensitas matahari ke dalam perairan, sehingga kelimpahan plankton akan semakin meningkat pula dan akan mengurangi tingkat penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan. Berdasarkan uraian tersebut maka kecerahan air merupakan suatu variable dari kelimpahan plankton dan tingkat intensitas matahari.
5. Oksigen Terlarut ( DO )
Kadar oksigen terlarut (dissolved oxygen, DO) dapat dijadikan ukuran untuk menentukan mutu air. Kehidupan di air dapat bertahan jika ada oksigen terlarut minimum sebanyak 5 mg oksigen setiap liter air (5 ppm). Selebihnya bergantung kepada ketahanan organisme, derajat aktivitasnya, kehadiran pencemar, suhu air dan sebagainya. Oksigen terlarut merupakan faktor pembatas bagi kehidupan organisme. Perubahan konsentrasi oksigen terlaurut dapat menimbulkan efek langsung yang berakibat pada kematian organisme perairan. Sedangkan pengaruh yang tidak langsung adalah meningkatkan toksisitas bahan pencemar yang pada akhirnya dapat membahayakan organisme itu sendiri. Hal ini disebabkan karena oksigen terlarut digunakan untuk proses metabolisme dalam tubuh dan berkembang biak (Romimuhtarto, 1991).
Selanjutnya Goldman dan Horne (1983), menyatakan bahwa oksigen terlarut dalam ekosistem perairan sangat penting untuk mendukung eksistensi norganisme dan proses-proses yang terjadi didalamnya. Hal ini terlihat dari peranan oksigen selain digunakan untuk aktifitas respirasi organisme air juga organism dekomposer dalam proses dekomposisi bahan organik dalam perairan. Respirasi di perairan memerlukan oksigen dari dalam air dan menghilangkan limbah karbon dioksida. Insang adalah tempat pertukaran gas terjadi pada sebagian besar jenis ikan, meskipun ada juga beberapa jenis ikan yang bernafas melalui kulit. Biasanya laju konsumsi oksigen dapat digunakan untuk mengukur intensitas metabolismenya. Laju ini dipengaruhi oleh ukuran ikan dan karakteristik air seperti suhu dan kandungan CO2 (Reddy, 1993).
Oksigen dapat merupakan faktor pembatas dalam penentuan kehadiran makhluk hidup di dalam air. Penentuan oksigen terlarut harus dilakukan berkali kali di berbagai lokasi dengan tingkat kedalaman yang berbeda pada waktu yang tidak sama (Sastrawijaya, 2000). Oksigen terlarut merupakan parameter penting bagi sistem kimia air laut maupun proses biologi perairan laut. Hal ini karena oksigen diperlukan dalam proses mineralisasi/dekomposisi bakteri dalam menguraikan bahan organik. Penurunan oksigen terlarut juga akan mempengaruhi kehidupan organisme melalui proses respirasi, dan reaksi oksidasi reduksi terhadap senyawa-senyawa kimia dalam air.
Source:
http://yudarlan.blogspot.com/2011/10/parameter-kualitas-perairan.html
0 komentar:
Posting Komentar
Please do not SPAM or commented by stating the link !
Anda MALING seperti saya, jadilah maling bijak!
Saya anggap Anda pengunjung yang baik dan bernyali untuk tidak menggunakan komentar dengan fasilitas ANONYMOUS.
Pergunakan komentar ini dengan bijak !
Mungkin memerlukan beberapa jam untuk me-Moderasi komentar anda guna masuk seleksi juri kami, apakah layak juri terbitkan atau tidak ! Makasih untuk tidak membuang sampah disini !